Jumat, 28 Desember 2012

jika

 
Dan biarkan saja jika harus ada temaram

setidaknya dia telah usir kelam melegam

Biarpun tak sebenderang terang

dapat menjadi penerang

Gemintang lintang

berformasi riang

Seirama liukan lidah pelita

haturkan segala rasa tentang cinta
 
Baca Selengkapnya - jika

Kamis, 06 Desember 2012

INGINKU

Apa yang kau tahu dariku wahai kekasihku…?
Tatkala rapuh semakin memakan lajuku
Aku hanya mampu bersimpuh
Dan pada pusaramu ku tulis pula namaku
Biarlah kita bersama dalam kebekuan abadi
...
...
Tak mampu berucap
Tak mampu memandang
Namun jasad kita dapat bersanding
Dalam senyap yang damai
Berselimut hangat pekat

Baca Selengkapnya - INGINKU

Definisi dan Jenis Keluarbiasaan


bw.jpg
Beethoven,seorang komponis termasyur yang tuli


A.             Definisi

Keluarbiasaan merupakan satu istilah yang mungkin sudah sering kita dengar, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan anak luar biasa.
Keluarbiasaan merupakan kata benda yang berasal dari kata sifat luar biasa, yang dapat disejajarkan dengan kata exceptional dalam bahasa Inggris. Secara harfiah keluarbiasaan berarti menggambarkan sesuatu yang luar biasa. Baik yang positif maupun yang negatif.
Dengan demikian, anak luar biasa (ALB) adalah anak yang mempunyai sesuatu yang luar biasa yang secara signifikan membedakannya dengan anak – anak seusia pada umumnya. Keluarbiasaan yang dimiliki anak tersebut dapat merupakan sesuatu yang positif, dapat pula sesuatu yang negatif. Sehingga dapat dikatakan keluarbiasaan itu dapat berada di atas rata – rata anak normal, dapat pula di bawah rata – rata anak normal.
Istilah anak luar biasa (ALB) digunakan sebagai istilah umum untuk semua anak yang mempunyai keluarbiasaan, dan untuk menggantikan berbagai istilah yang selama ini digunakan, seperti anak cacat, anak berkelainan atau anak lemah mental.
Istilah luar biasa memang mewakili semua anak yang mempunyai penyimpangan dari anak normal, baik penyimpangan yang bersifat fisik, tingkah laku maupun kemampuan.

B.             Jenis – jenis Keluarbiasaan

bw.jpgJenis keluarbiasaan berdasarkan bidang penyimpangan, menurut Mulyono Abdulrachman (2000) dibuat karena untuk keperluan pembelajaran.
1.    Kelompok yang mengalami penyimpangan dalam bidang intelektual, terdiri dari anak yang luar biasa cerdas (intelectually superior) dan anak yang tingkat kecerdasannya rendah, atau yang disebut tunagrahita.
2.    Kelompok yang mengalami penyimpangan yang terjadi karena hambatan sensoris atau indra, terdiri dari anak tunanetra dan tunarungu.
3.    Kelompok anak yang mendapat kesulitan belajar dan gangguan komunikasi.
4.    Kelompok anak yang mengalami penyimpangan perilaku, yang terdiri dari anak tunalaras dan penyandang gangguan emosi.
5.    Kelompok anak yang memiliki penyimpangan ganda / berat, yang biasa disebut tunaganda.
Sedangkan jenis keluarbiasaan dilihat dari arah penyimpangan, dibagi menjadi dua kategori, yaitu keluarbiasaan yang berada di atas normal dan keluarbiasaan yang berada di bawah normal.
Keluarbiasaan di atas normal adalah kondisi seseorang yang melebihi batas normal dalam bidang kemampuan. Biasanya disebut sebagai anak berbakat atau gifted and talented person. Namun tidak jarang anak yang berkemampuan luar biasa ini mengalami frustasi dan berujung pada timbulnya masalah, sehingga mereka juga perlu penanganan khusus seperti anak luar biasa yang di bawah normal.
Keluarbiasaan di bawah normal dikenal dengan berbagai istilah karena memang jenisnya sangat beragam, yaitu (1) tunanetra, (2) tunarungu, (3) gangguan komunikasi, (4) tunagrahita,  (5) tunadaksa,  (6) tuna laras,  (7) berkesulitan belajar, dan (8) tunaganda.

*Sumber :
Abdulrachman, M Dr. (2000). Pengembangan PLB.
Sunardi, Dr. (2000). Pengembangan PLB di Indonesia.
Sumber lain yang terkait.
Baca Selengkapnya - Definisi dan Jenis Keluarbiasaan

Minggu, 02 Desember 2012

Surat untuk Ayah


Malam semakin meringkuk di bawah selimut kabut
Bintang sudah terusir sejak sore
Hanya dingin angin yang tersisa mendesir

Selintas membentuk raut wajahmu

Ayah, apa kabarmu di pangkal pagi ?
Garis tipis di wajahmu kini semakin menebal
Kokoh tubuhmu kian merapuh
Tatap matamu semakin mengabur
Namun kasihmu tak tertelan masa
Tuturmu tak terbawa kala

Ayah, aku rindu...

Berkali sudah gadismu menulis surat untukmu
Sampaikah di pangkuanmu ?
Sempatkah kau tahu rinduku ?

Setiap waktu kan ku rangkai doa
Untuk segala kebaikanmu

Ayah, maafkan gadismu...
Yang belum bisa sembahkan bahagia untukmu

Ayah, gadismu merindu...


*3 Des 2012
Baca Selengkapnya - Surat untuk Ayah

Berapa Jumlah Kakinya ?



Kalian tahu kaki seribu ? Ngomong – ngomong,berapa sih, jumlah kakinya ? Apa bener ada seribu ?

Tidak dapat dipastikan berapa jumlah kaki si kaki seribu atau keluwing. Kecuali apabila kita dapat menghitung jumlah segmen atau ruas tubuhnya. Setiap ruas tubuhnya memiliki dua pasang kaki. Kaki seribu memiliki jumlah ruas 25-100, atau tergantung jenisnya.
Keluwing termasuk jenis herbivora. Jadi walaupun terlihat seram karena jumlah kakinya yang begitu banyak, ternyata dia tidak berbahaya karena tidak memiliki racun. Keluwing akan menggulung tubuhnya jika dia terancam. Ini adalah caranya untuk melindungi dirinya agar dikira sudah mati.

Hewan lain yang disebut kaki seribu adalah kelabang. Kelabang memiliki sepasang kaki di setiap ruas tubuhnya. Hewan ini beraktivitas di malam hari dan merupakan hewan berbisa. Dia memiliki kaki beracun pada ruas tubuhnya yang paling depan yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsanya serta sebagai alat untuk pertahanan dirinya.
Ketika kelabang menggigit mangsanya, dia akan memasukkan bisanya melalui lubang taring yang dimilikinya itu.
Bagaimana jika kita digigitnya ? Hmm, bisanya dapat membuat kita sakit kepala hebat, bengkak, demam, sampai muntah – muntah.
Jadi, harus berhati – hati jika kita bertemu dengan kelabang yang juga biasa disebut kaki seribu ini.

*Sumber :
Mayangsari S, S.SI, 500++ Fakta Paling WOW di Dunia, Jakarta: CMedia. 2001
Colvin, Leslie, & Emma, Speare, Living World Encyclopedia: Tumbuhan, Hewan, dan Alam, London: Usborne Publishing Ltd. 2004
Baca Selengkapnya - Berapa Jumlah Kakinya ?

Selasa, 06 November 2012

MATEMATIKA BUKAN SATU-SATUNYA TOLOK UKUR KECERDASAN





Kecerdasan anak tak bisa disamaratakan. Pada dasarnya, anak-anak memiliki kecerdasan 

yang unik sebagai cerminan dari minat dan bakatnya.
 
Pemerhati pendidikan anak Seto Mulyadi mengatakan, seringkali orangtua mengukur 

kecerdasan anak melalui mata pelajaran tertentu, misalnya anak yang kuat di mata pelajaran 

matematika dianggap cerdas, dan sebaliknya, stigma kurang cerdas kerap disematkan pada 

anak-anak yang rendah nilai matematikanya.


"Seolah-olah cerdas matematika di atas segalanya, padahal anak-anak memiliki kecerdasan 

di sisi lain. Sebagai musisi, pelukis, orator, atau apapun yang menjadi minat dan bakatnya," 

kata pria yang akrab disapa Kak Seto dalam sebuah seminar bertajuk "Menyikapi Kekerasan 

Pada Anak Usia Dini" yang digelar Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), di Ciputat, 

Jakarta Selatan, Sabtu (1/9/2012).


Cara belajar setiap anak, kata dia, juga berbeda-beda. Hal itu dipengaruhi oleh kemampuan 

setiap anak menyerap materi ajar yang disampaikan. Beberapa anak bisa belajar dengan 

"anteng", sedangkan lainnya bukan tak mungkin memerlukan suasana yang berbeda.

"Ada juga yang karena bergerak anak itu menjadi cerdas. Itulah kenapa banyak lahir sekolah 

alam," ujarnya.

 
Kak Seto menegaskan, memaksa anak untuk menguasai satu mata pelajaran atau bidang 

tertentu merupakan bentuk lain dalam kekerasan kepada anak. Sayangnya, masih banyak

guru atau orangtua yang tidak menyadari hal tersebut.


"Memaksa anak yang cerdas bernyanyi untuk cerdas Matematika adalah kekerasan yang 

tidak kita sadari. Semua anak pada dasarnya cerdas. Menjadi sayang saat tak dihargai dan 

tak  akan bisa cemerlang," tandasnya.


Editor :
Caroline Damanik


Baca Selengkapnya - MATEMATIKA BUKAN SATU-SATUNYA TOLOK UKUR KECERDASAN

MATEMATIKA BISA MENYAKITKAN



 

Matematika bisa membuat seseorang benar-benar merasakan sakit secara fisik dalam kondisi tertentu. Inilah 
yang terungkap dalam riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal PLoS ONE, Rabu (31/10/2012). 

Tim peneliti yang dipimpin Ian Lyons, psikolog dari Universitas Chicago, melakukan observasi terhadap 14 orang yang mengalami kecemasan tinggi pada matematika (
high math anxiety) dan 14 orang dengan tingkat kecemasan pada matematika yang rendah (LMA). 

Tingkat kecemasan diidentifikasi oleh individu itu sendiri. Parameter kecemasan dinilai dari rasa gelisah saat berjalan menuju kelas matematika atau saat harus mengambil mata pelajaran matematika untuk lulus dari studi.

Dalam riset, orang yang mengalami HMA dan LMA diberikan satu seri soal matematika dan soal cerita. Peserta diminta melihat monitor, sementara aktivitas otaknya dilihat dengan
 magnetic resonance imaging (MRI). Di layar, akan tampak lingkaran kuning dan kotak biru sebagai tanda jenis soal selanjutnya, apakah matematika atau soal cerita. 

Hasil riset menunjukkan, saat sinyal soal matematika keluar, aktivitas bagian otak yang terkait dengan rasa sakit pada orang dengan HMA tiba-tiba meningkat. Semakin cemas, maka semakin tinggi pula aktivitas bagian itu. Hal yang sama tak dijumpai pada orang dengan LMA.

Riset tersebut menunjukkan bahwa dengan kondisi tertentu, matematika benar-benar bisa memicu rasa sakit. Namun, peneliti mengingatkan, bukan berarti matematika harus dimusuhi. Sebab rasa bukan datang dari matematika itu sendiri.

"Karena temuan kami spesifik pada aktivitas terkait isyarat tertentu, bukan matematika itu sendiri yang memicu rasa sakit, tetapi antisipasi pada matematika itu yang menyakitkan," papar Lyons dalam publikasinya.
 

Sebelumnya, peneliti lain juga telah menemukan bahwa rasa sakit fisik bisa disebabkan oleh pengalaman sehari-hari. Sebagai contoh, putus cinta dan penolakan sosial terbukti mengakibatkan sakit secara fisik.
Sumber :
LiveScience
Editor :
yunan

Baca Selengkapnya - MATEMATIKA BISA MENYAKITKAN