Rabu, 15 Agustus 2012

Penyesuaian Diri = Adaptasi....???


Ketika baru pindah sekolah dari kota A, Joe berusaha banget untuk berbaur dengan teman - temannya. Walaupun ia seorang anak Letkol,dan salah seorang cucu anggota dewan, Joe berusaha bersikap senormal mungkin ketika berbaur dengan teman - teman sekolahnya yang notabene adalah anak orang kampung di sekitar sekolahnya itu. Dan ternyata ia berhasil..!! Terbukti tak ada rasa canggung ketika dia bermain atau terlibat pada kegiatan pembelajaran di  sekolah.

Dari deskripsi di atas, apa yang dilakukan Joe menurut kita adalah sebuah penyesuaian diri. Atau ada yang mengatakan bahwa Joe pandai beradaptasi. 
Kedua pernyataan di atas tidak salah. Karena penyesuaian diri  adalah proses yang diperjuangkan individu agar berhasil selaras dengan tuntutan lingkungan individu berada atau dunia luar. Sedangkan  adaptasi pada umumnya mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.

Jadi apa yang dilakukan Joe adalah penyesuaian diri ditinjau dari sudut pandang mastery atau usaha penguasaan, yakni kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respon dalam cara - cara tertentu sehingga konflik - konflik, kesulitan, dan frustasi tidak terjadi.
Namun perlu diingat bahwa kapasitas tiap individu berbeda satu dengan yang lain. Untuk itu perlu dirumuskan prinsip - prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri, yaitu :
a. Setiap individu memiliki kualitas penyesuaian yang berbeda.
b. Penyesuaian diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang telah       dicapainya.
c. Penyesuaian diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan lingkungan individu yang bersangkutan. (Prof.Dr.H. Mohammad Asrori, M.Pd. dalam Psikologi Pembelajaran).

Nah, ternyata makna penyesuaian diri itu luas sekali. Dengan sekelumit catatan ini, mudah - mudahan kita bisa menambah wawasan tentang penyesuaian diri.

Baca Selengkapnya - Penyesuaian Diri = Adaptasi....???

Selasa, 14 Agustus 2012

SUDAH



Ku buang sudah semua

pada kelam samudra malam

pada galau rembulan

pada  padas tebing keangkuhan

pada rapuh dahan yang lapuk

pada kelabu mega

pada semua yang telah memberiku makna
Baca Selengkapnya - SUDAH

Pada Jaya






Dan ketika mentari enggan kembali

Seluruh semesta menggigil

Tak sanggup ucap memanggil


Saat puncak menyapa bersama kabut

Rimbun alang merapat harap bersambut

Bebatuan tertegun

Pesona di panorama nan anggun
Baca Selengkapnya - Pada Jaya

Jumat, 10 Agustus 2012

Pudarnya Rasa Empati

Miris memang ketika saya membaca kalimat di atas yang saya buat sebagai judul tulisan ini. Bagaimana tidak ? dalam sebuah studi yang dipublikasikan secara online pada Jurnal Psychological Science edisi 25 Oktober 2010 ditemukan bahwa orang miskin yang mempunyai rasa empati lebih baik daripada orang kaya yang tidak mempunyai rasa empati. Uang tidak akan bisa membeli kebahagiaan dan status sosial seseorang.

Orang-orang dengan status sosial ekonomi tinggi (atau orang yang menganggap dirinya lebih baik) cenderung mempunyai emosi yang buruk dan mudah menghakimi orang lain baik pada saat melihat foto-foto dan berinteraksi dengan orang.

Dalam penelitian Michael Kraus, seorang peneliti postdoctoral dalam bidang psikologi di University of California, San Francisco, menemukan bahwa orang miskin lebih murah hati dengan hartanya dibandingkan dengan orang kaya. Empati orang miskin yang lebih besar itulah yang bisa menjadi akar dalam berbuat amal.



Pada saat ini Kraus dan rekan-rekannya tertarik untuk menemukan cara mempengaruhi tingkat empati rakyat. Kraus mengatakan bahwa menjadi empati merupakan salah satu langkah pertama untuk membantu orang lain. 

Sekarang apakah rasa empati itu masih ada pada diri kita ? Atau penelitian Kraus ini benar - benar terbukti pada diri kita ?

Astaghfirullahaladzim.. jangan sampai kita kehilangan rasa empati kita, dan mudah - mudahan Allah tetap memeliharanya pada hati kita sampai akhir hayat. Amiin.....
Hal pertama yang benar-benar menarik perhatian adalah apakah kita bisa membuat orang menjadi kaya. Orang kaya dengan kemampuan besar untuk memberi dan memiliki rasa empati.


Berbagai sumber dan pengalaman pribadi penulis
Baca Selengkapnya - Pudarnya Rasa Empati

MASALAH – MASALAH DALAM BELAJAR DAN CARA MENGATASINYA


Mengenal Gaya Belajar Anak


Setiap anak memiliki perbedaan dan ciri khusus antara yang satu dengan yang lain. Secara fisik, perbedaan setiap anak dapat dilihat secara kasat mata. Namun perbedaan pola berpikir, cara – cara merespon atau mempelajari sesuatu yang baru sangat sulit kita ketahui perbedaannya jika kita tidak memperhatikan secara seksama, atau setidaknya lebih sering memperhatikan sikap atau tingkah laku mereka sehari - hari.

Dalam belajar, setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran. Maka dari itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk memenuhi tuntutan perbedaan individual tersebut.

Dalam kehidupan sehari – hari, sering kita lihat para orang tua yang melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi berprestasi. Dari menyekolahkan anaknya ke sekolah favorit, hingga mengikutkannya ke berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita waktu bermain atau bersoaialisasi dengan teman – teman sebayanya. Namun usaha – usaha tersebut seringkali belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan tidak jarang justru menimbulkan masalah baru bagi anaknya.

Nah, jika demikian, apa yang sebenarnya terjadi ? Mengapa anak – anak tidak kunjung berprestasi ?
Jika boleh saya menjawab, menurut pengamatan dan pengalaman saya dalam mengajar selama ini, salah satu faktor penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar yang dimiliki oleh anak dengan metode belajar yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya, termasuk dalam mengikuti kursus atau les privat. Yang dimaksud cara belajar disini adalah kombinasi cara individu menyerap, mengatur, dan mengelola informasi.

Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola, dan menyampaikan informasi, maka cara belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga gaya belajar, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Dan masing – masing gaya belajar ini memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Pada tulisan saya mengenai gaya belajar, telah saya singgung ciri – ciri ketiga gaya belajar di atas.

Adanya pengkategorian ini bukan berarti bahwa anak atau individu hanya memiliki satu karakteristik cara belajar tertentu saja melainkan memiliki ketiganya, hanya saja lebih cenderung pada salah satu di antara tiga gaya belajar tersebut. Kecenderungan inilah yang menyebabkan anak yang bersangkutan jika memperoleh rangsangan yang sesuai dalam belajar akan cenderung lebih menyerapnya.

Dengan memperhatikan gaya belajar yang paling menonjol pada anak, siswa ataupun individu, maka diharapkan para orangtua dan guru dapat menyelenggarakan proses pembelajaran secara arif, bijaksana, dan tepat. Dan bagi para siswa yang mengalami kesulitan belajar, cobalah untuk mulai merenungkan dan mengingat – ingat kembali apa gaya belajar yang dirasakan paling efektif, atau paling nyaman.

Penyebab Timbulnya Masalah Kesulitan Belajar

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang menaruh perhatian pada masalah kesulitan belajar, ditemukan faktor penyebabnya yaitu :

a.     Faktor Keturunan
Berdasarkan penelitian Hallgren, apabila ada salah satu anggota keluarga yang mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja itu disebabkan karena faktor keturunan. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Hermann yang mempelajari dan membandingkan anak kembar yang berasal dari satu sel telur dengan anak kembar yang berasal dari dua sel telur. Ternyata anak kembar yang berasal  dari satu sel lebih mempunyai kesamaan kesulitan membaca daripada anak kembar yang berasal dari dua sel.

b.     Gangguan Fungsi Otak
Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak yang lamban belajar mengalami gangguan pada syaraf otaknya. Hanya saja cuma sedikit tanda cedera pada otak. Sehingga para ahli tidak terlalu menganggap cedera otak sebagai penyebabnya, kecuali ahli syaraf membuktikan masalah ini.

c.      Pengorganisasian Berpikir
Siswa yang mengalami kelambanan atau kesulitan belajar akan mengalami kesulitan dalam menerima penjelasan tentang pelajaran. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak mampu mengorganisasikan cara berpikirnya secara baik dan sistematis. Jadi anak yang sulit membaca akan sulit pula merasakan atau menyimpulkan apa yang dilihatnya.

d.     Kekurangan Gizi
Kekurangan gizi menjadi salah satu penyebab terjadinya kelambanan atau kesulitan belajar karena apabila pada awal pertumbuhan seorang anak kekurangan gizi, maka keadaan itu akan mempengaruhi perkembangan syaraf utamanya sehingga menyebabkan kurang baik dalam proses belajarnya.

e.      Faktor Lingkungan
Gangguan yang disebabkan dari faktor lingkungan contohnya adalah kepedihan hati, tekanan keluarga, dan kesalahan pola asuh yang diterapkan kepada anak. Sehingga lingkungan yang tidak menguntungkan dapat mempengaruhi proses belajar siswa.

Membantu Mengatasi Masalah Kesulitan Belajar  

  1. Berikan perintah yang terperinci. Karena anak – anak mengalami kesulitan belajar, guru perlu mengulang atau memberikan perintah baru ketika tahap pelajaran berikutnya dimulai.
  2. Gunakan semua indera pada saat mengajar. Jika perlu, tanyakan pada orangtua atau guru lainnya, indera mana yang potensial bagi anak untuk dapat belajar dengan maksimal.
  3. Sebisa mungkin jangan ada gangguan di dalam kelas, karena anak – anak ini mudah terganggu. Gambar – gambar, mainan, atau barang – barang  yang tidak diperlukan sangat berpeluang mengganggu konsentrasi mereka.
  4. Sampaikan pelajaran dengan menggunakan contoh – contoh konkret. Anak yang mengalami kesulitan dalam belajar akan memahami maknanya jika ia dapat melihat dan merasakan apa yang dijelaskan.
  5. Memperhatikan beberapa anak yang mengalami kesulitan dalam belajar ini terlihat sangat aktif atau bahkan terlalu aktif. Maka kita harus berusaha supaya anak ini terus berada di dekat kita. Kontak fisik seperti merangkul atau memegang pundak bisa meningkatkan perhatian mereka.
Sumber:
  • Conny Semiawan, A.S. Munandar, dan S.C.U. Munandar(1984). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah: Petunjuk Bagi Guru dan Orangtua. Jakarta: Gramedia.
  • DePorter(2001). Quantum Learning. Bandung: Kaifa. Mohammad Asrori(2009). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana


Baca Selengkapnya - MASALAH – MASALAH DALAM BELAJAR DAN CARA MENGATASINYA